January 26, 2016

Apa yang Terjadi Jika Manusia Gunakan Kinerja Otak hingga 100 Persen?

https://conversationswithdonmachingaandotherbeings.files.wordpress.com/2014/09/lucy1-patron-site-simple-signed.jpgFilm Lucy yang dirilis pada tahun 2014 lalu, dinobatkan sebagai film musim panas tercerdas ditahun tersebut. Sebelum membahas mengenai judul di atas, berikut sepenggal dialog dari film tersebut.

Dalam sekelebatan di film ini kita bertemu Lucy (kera) sedang minum dari air sungai. Kemudian, kita juga bertemu Lucy (manusia) yang hidup di zaman modern. Kita mendengarnya bermonolog, “Kita diberi kehidupan satu miliar tahun lalu. Apa yang telah kita lakukan pada kehidupan ini?”

Dengan monolog awal seperti itu, film ini, rentan menjadi sebuah esai filsafat tentang hakikat keberadaan kita, manusia, di jagad raya. Terrence Malick sudah melakukannya dua tahun lalu lewat Tree of Life (2011) yang menyuguhkan perjalanan panjang bagaimana dari ketidak-adaan menjadi ada seperti sekarang, serta hakikat kita dan Tuhan di dalamnya. Malick menyuguhkan perjalanan sang waktu dengan gambar-gambar indah dan membingungkan.

Cerita Film Lucy

Apabila disederhanakan, cerita film ini sejatinya sederhana saja. Seorang wanita Amerika yang tinggal di Taipei, Taiwan, bernama Lucy, terjebak dalam situasi yang membuatnya harus berurusan dengan penjahat pemasok narkoba jenis baru.
Bersama tiga orang lain, perut Lucy diiris dan ditaruh narkoba itu di dalamnya untuk kemudian diterbangkan ke Eropa. Sial, narkobanya bocor. Alih-alih tewas, Lucy malah memiliki “kekuatan super”, hal tersebut adalah side effect dari bocornya narkoba jenis baru tersebut.
Ia kemudian mengatur bagaimana mendapat tiga paket narkoba lain demi bisa menyelamatkan hidupnya. Di lain pihak, gerombolan penjahat ingin pula merebut paket narkoba itu dari Lucy.
Mari kita berhenti pada kata “kekuatan super”. Ya, film ini bisa juga dikategorikan sebagai film superhero. Di sini, Scarlett Johansson (Pemeran Lucy) tak ubahnya Tony Stark yang berubah jadi Iron Man atau Steve Rogers, pemuda kurus nan canggung yang berubah jadi Captain America yang kekar perkasa.
lucy-movie-graphic-i-can-feel-everything-530x441`Lucy` menjadi jawaban bagi film superhero yang asyik, tak perlu jagoannya harus berkostum ketat atau aneh. Di sini, Scarlett sama perkasanya dengan Black Widow di jagad Marvel (tokoh yang ia juga perankan versi filmnya) meski hanya mengenakan kaus dan jeans.
Kekuatan super Lucy adalah kapasitas kemampuan otaknya yang meningkat terus-menerus. Film ini mengatakan, manusia hanya menggunakan 10% kapasitas otaknya. Tapi dari 10% itu, manusia telah mencipta peradaban di muka Bumi yang sudah membangun piramida hingga menerbangkan orang ke Bulan.
Namun demikian ada adapula yang mengatakan otak manusia bekerja 10% adalah hoax. Karena sesungguhnya sel otak manusia bekerja 100%, meski ada sedikit sel yang rusak karena beberapa faktor, dan ini dibuktikan secara ilmiah pula.
Pada sebuah artikel dituliskan bahwa perkembangan dan kemajuan Ilmu Saraf (Neurologi) dan Biopsikologi yang ditunjang oleh peralatan diagnosis mutakhir membuktikan bahwa mitos otak hanya digunakan 10% adalah hoax. Seluruh bagian otak (100%) tetap aktif dan berfungsi apapun jenis aktivitas yang dilakukan oleh manusia, meskipun tingkat aktivitas bagian-bagian otak itu bergantung kepada jenis aktifitas yang dilakukan, Sudah cukup banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sedikit saja bagian otak yang tidak berfungsi atau rusak, bisa mengganggu kinerja otak secara keseluruhan.
Bila dilihat pada tulisan dalam artikel tersebut yang mengatakan, Seluruh bagian otak (100%) tetap aktif dan berfungsi apapun jenis aktivitas yang dilakukan oleh manusia, meskipun tingkat aktivitas bagian-bagian otak itu bergantung kepada jenis aktifitas yang dilakukan. pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa melakukan aktifitas menggerakkan material tanpa menyentuhnya seperti yang digambarkan dalam film lucy?, bagaimanakah kita bisa melakukan aktifitas menembus ruang dan waktu, seperti yang digambarkan dalam film lucy pula?.
Artinya, 100% sel otak manusia memang aktif, namun karena kita tidak mampu melakukan aktifitas seperti lucy, maka dari 100%, kita hanya mampu menggunakannya 10%, bukan berarti sisa 90% mati atau tidak aktif.
lucy_ver3Pertanyaan-pertanyaan filsafat

Dan premis filmnya kemudian adalah, apa yang terjadi bila manusia menggunakan kapasitas otaknya lebih dari 10 persen? Apa yang terjadi saat kapasitas otak meningkat jadi 20 persen? 40 persen? 80 persen? Atau saat mencapai titik 100 persen?
Dengan bermain-main lewat kemampuan otak yang terus meningkat, film ini menjadi tak sekadar film fiksi ilmiah, film aksi, atau film superhero. `Lucy` kemudian pula adalah film filsafat. Tanpa perlu berpuisi dengan narasi dan gambar-gambar puitis, `Lucy` mengajak kita melakukan perjalanan bersama sang waktu.
`Lucy` memantik kesadaran kita apa jadinya bila kita bisa mengingat ke saat memori terdalam kita, mengingat momen ketika kita dilahirkan, berbagai kecupan ibunda ketika kita masih bayi, dan rasa air susu ibu? Bagaimana kita bila bisa melakukan perjalanan waktu, ke masa silam, saat manusia modern bisa bertemu nenek moyang kita tiga juta tahun lalu? (Perhatikan momen Lucy (manusia) bertemu Lucy (kera) menjadi reka ulang lukisan terkenal Tuhan menciptakan Adam karya Michaelangelo di chapel Sistina).
Atau juga, bagaimana bila dengan kemampuan otak kita yang semakin meningkat, pada akhirnya kita bisa kembali ke masa saat segalanya belum dimulai, saat jagad raya belum diciptakan? Bila manusia bisa mencapai masa saat jagad raya diciptakan, manusia pada akhirnya bisa membaca pikiran Tuhan seperti yang dibayangkan Einstein?
Dengan kemampuan otaknya, Lucy mampu melakukan apapun hingga dia memiliki sifat kun fayakun ketika kapasitas otaknya mencapai 100%. Lucy mampu melakkan apapun sesuai dengan kehendaknya, mulai dari menggerakkan benda mati, benda hidup, mampu meng-evolusi diri dengan cepat, menembus ruang dan waktu (dalam adegan dalam film digambarkan Lucy kembali kemasa lalu dan bertemu dengan peradaban-peradaban kuno, kemudian pergi ke masa depan), higga ia mampu berada dimanapun (seperti halnya Tuhan).
Kemudian bagaimana dengan Nabi SAWW, seperti deskripsi pada film Lucy, Nabi SAWW pun memiliki sifat kun fayakun di dunia ini (dengan izin Tuhan tentunya). Ingat peristiwa Isra-Mi’raj, bagaimana Nabi SAWW melakukan perjalanan dari Masjidil Harram menuju Masjidil Aqsa, kemudian naik kelangit ke-7 hanya dalam waktu paruh malam. Hal ini menunjukkan bahwa hukum ruang dan waktu tidak berlaku pada Nabi SAWW dikala Beliau melakukan perjalanan tersebut.
Kemudian kisah lain, bahwa Nabi SAWW mampu melihat masa depan dan Beliau berkata seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Kitab shahihnya, bahwa Rasulullah SAWW bersabda pada saat peristiwa penaklukan Khaibar :
“Esok hari aku (Nabi SAWW) akan memberikan bendera kepada seorang yang akan diberikan kemenangan oleh Allah SWT melalui tangannya, sedang ia mencintai Allah dan Rasulnya, dan Allah dan Rasulnya mencintainya”
Maka semua orangpun menghabiskan malam mereka seraya bertanya-tanya didalam hati, kepada siapa diantara mereka akan diberi bendera itu. Hingga memasuki pagi harinya masing-masing mereka masih mengharapkannya. Kemudian Rasulullah saw bertanya: “Kemana Ali?” lalu ada yang mengatakan kepada beliau bahwa Ali sedang sakit kedua matanya. Lantas Rasulullah SAWW meniup kedua mata Ali seraya berdoa untuk kesembuhannya. Sehingga sembuhlah kedua mata Ali seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Lalu Rasulullah SAWW memberikan bendera itu kepadanya, sehingga kemenangan berada dipihak Nabi SAWW.
Seperti yang Enstein bayangkan bahwa, apabila manusia bisa mencapai masa saat jagad raya diciptakan, manusia pada akhirnya bisa membaca pikiran Tuhan.
Wallahu A’lam Bishawab..

sumber : triqballogy

Gimana pendapat kalian..
Share dibawah :)